Mahasiswa, dapat dikatakan bahwa ia adalah salah satu profesi
yang dapat mendewasakan seorang remaja. Mahasiswa adalah sebuah profesi yang
dapat membentuk paradigma berpikir kita. Mahasiswa adalah salah satu profesi
yang dapat menyadarkan kita tentang betapa kerasnya kehidupan seorang
terpelajar yang kemudian mengabaikan nuraninya ketimbang logika (pada umumnya).
Ya, begitulah kehidupan seorang mahasiswa jika ia terjun dan bergelut untuk
menjadi seorang aktivis, entah sebagai aktivis kampus atau aktivis di luar
kampus.
Apapun organisasi yang digeluti dan beragamnya bendera
organisasi yang menjadi jati diri anda, maka ia tak akan pernah lepas dari kata
arogansi. Arogansi organisasi ibarat partai politik yang mengobarkan semangat
juang untuk rakyat, namun pada kenyataannya meraka hanya memperjuangkan
aspirasi kelompok atau partainya. Walau meraka telah disatukan dalam sebuah
koalisi, bukanlah mustahil terdapat kubu-kubu yang menggoyahkan lambang suci
demokrasi. Bahkan ironisnya, mereka lahir dari gelar yang disanjung dan status
yang pernah mereka emban sebagai agent of
change namun dengan mudahnya mereka khianati. Mereka yang dulunya berteriak
di terik matahari, tak kenal lelah menuntut perubahan untuk Indonesia, namun
ketika mereka menanggalkan jubah agent of
change, jati diri mereka hilang bagaikan ditelan bumi.
Kembali ke arogansi organisasi. Organisasi apapun khususnya
dalam lingkungan kampus, tak luput dari proses politik. Sebagai contoh, pada
tingkat bawah birokrasi organisasi mahasiswa, terdapat organisasi yang disebut
dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), lalu di atasnya ada Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas atau biasa
dikenal dengan Senat Fakultas, dan terakhir Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas.
Seorang mahasiswa yang memilih untuk menjadi aktivis kampus, perjalanan mereka
diawali dari lingkup HMPS. Mereka dibekali doktrin-doktrin yang mensanubari dari
para tetua mereka. Ini adalah organisasi pertama yang umumnya digeluti oleh
mereka, maka secara tidak langsung telah tertanam suatu paradigma, pandangan, bahwa
kepentingan HMPS adalah pertama dari kepentingan lainnya.
Tak bisa dihindari antara satu HMPS dengan HMPS lain terdapat
keangkuhan atau arogansi prodi yang berlebihan sehingga timbul suatu anggapan
bahwa prodi merekalah yang terbaik. Hal ini tentunya membuat mereka hidup dalam
sekat-sekat walau mereka berada dalam satu jurusan. Konflik yang lahir dari
arogansi prodi menciptakan insan-insan cerdas, baik dari segi intelektual yang
tervisualisasikan melalui retorika, hingga pada kemampuan untuk bermuka dua. Bahkan,
hanya untuk kepentingan prodi, tak jarang dalam tingkat HMJ maupun BEM Fakultas
ditemukan pengkhianatan, khususnya pada saat pemilihan Ketua HMJ atau ketua
BEM. Pengkhianatan yang lahir dari rasa kesetiaan pada jati diri organisasi asal
mereka.
Pengkhianatan dan kesetiaan dalam politik merupakan perkara
yang tak dapat dihindari dan dipilih begitu saja. Ketika mengatakan akan setia
pada organisasi ini, maka mungkin akan ada pengkhiatan terhadap organisasi
tersebut. Hal ini disebabkan oleh benturan kepentingan antara anggota
organisasi. Dalam politik, termasuk di lingkungan ormawa, tak ada kesetiaan
sejati. Bahkan dalam HMPS saja, terdapat konflik yang berujung pada
pengkhianatan prodi sendiri. Namun, tak perlu dikhawatirkan, karena kesetiaan
pada prodi akan terbentuk sendirinya. Sejauh anda berjalan di jalan yang salah,
anda tak dapat mengubur jati diri anda sebagai bagian dari organisasi karena
anda lahir dari rahim prodi anda sendiri. Dalam darah anda, terdapat darah
prodi. Itulah hukum ormawa yang berlaku dan tak dapat disangkal oleh siapapun.
Itulah letak kesetiaan pada organisasi di tingkat prodi. Ia
bagaikan kesetiaan pada fakultas di tingkat universitas. Walau terkadang
mengatakan akan mendahulukan kepentingan organisasi, misalnya kepentingan BEM
universitas, namun tak dapat disangkal bahwa percikan-percikan atau warna-warna
fakultas selalu mendominasi sikap dan tindakan mereka di BEM universitas.
Layaknya kesetiaan pada HMPS dan pengkhiatan pada HMJ atau BEM Fakultas. Itulah
siklus ormawa yang tak bisa dihindari. Ia akan punah, apabila doktrin-doktrin
dari para tetua mereka dibumihanguskan. Namun, inilah letak keindahan
permaianan politik di tingkatan ormawa. Hari ini adalah teman, namun besok ia
bisa menjadi musuh anda. Hari ini mereka adalah musuh anda, namun besok ia bisa
menjadi teman anda. Inilah siklus kehidupan ormawa. Karena untuk ormawa,
pengkhianatan adalah bentuk kesetiaan.