Kepedihan, ibarat hati
yang rapuh. Kepedihan, bagaikan logika yang tak dapat dirasionalisasi. Kepedihan
laksana badai dalam kegelapan samudera. Kepedihan identik dengan jurang
keputusasaan, kesengsaraan, dan penderitaan. Kepedihan dalam kehidupan,
siapakah yang tak mengalaminya? Setiap orang tanpa terkecuali pernah mengalami
kepedihan, sebagaimana dalam firman Allah SWT (Q.S. Al Balad ayat 4) yang
artinya:
“Sungguh Kami telah ciptakan manusia berada dalam susah
payah”
Kepedihan bukan berarti
kita harus menyerah. Kepedihan bukan berarti kita harus pasrah tanpa berbuat
apa-apa. Sebab, kepedihan bukan akhir dari kehidupan. Justru, karena
kepedihanlah kita bisa belajar makna kehidupan. Karena kepedihanlah, kita bisa
menghargai kehidupan. Karena hidup ini hanya sekali. Maka merugilah orang yang
terpuruk dalam kepedihan. Bangkit dari kepedihan, itulah hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi kepedihan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Al
Insyiraah ayat 5-8:
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu
ada kemudahan. Sesungguhnya
beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila engkau telah selesai, maka
tegaklah. Dan hanya kepada Tuhanmu, hendaklah engkau berharap”
Tak ada kesulitan tanpa
kemudahan. Tak ada kepedihan tanpa kenikmatan. Yakinlah, ini adalah proses
hidup yang engkau jalani karena bernilainya hidup yang engkau lalui ketika
engkau menghargai proses tersebut. Seberapa pedih kehidupan yang engkau jalani,
sesungguhnya disitulah letak kenikmatan dalam hidupmu. Proses yang engkau lalui
untuk bangkit dari kepedihan, merupakan nikmat yang tak bisa terganti oleh
apapun. Sebab, kepedihanlah yang mengantarkanmu pada kesuksesan dalam hidup.
Kenikmatan sejati adalah kepedihan itu sendiri. Karena dengan demikian, engkau
akan menjadi pribadi yang bijaksana dalam menyikapi permasalahan kehidupan.
No comments:
Post a Comment